Kepenatan


ASSALAMU`ALAIKUM WARAHMATULLAH

Sekarang tanggal 17 Disember 2011. Bila teringat yang cuti kita start tanggal 20 bulan lepas, saya ndak percaya dengan betapa lajunya masa berjalan (macam yang saya tulis dalam sini). Sekarang sudah tanggal 18, maksudnya tinggal 13 hari lagi untuk bercuti. To tell you the truth, percutian untuk hujung tahun 2011 kurang menarik berbanding tahun lepas dan yang sebelumnya, atas dasar-dasar yang ndak bagus diceritakan di sini.

Pfft...

Kita selalu penat dengan hidup ni. Setiap kali satu masalah selesai, mesti ada satu lagi yang terbentang di jalan. Peribadinya, saya fed up jugak dengan hidup di dunia ni. Makan, bernafas, tidur dan bertinja (!?). Begitulah berulangan. Sampai ada masa, tarik nafaspun sukar. Don't have to tell me guys, I know this happens. Jangan nafikan.

Semua masalah neh, orang kata mendewasakan, menjadikan kita manusia yang lebih kuat. Well, theoretically this may be true. Tapi sepanjang saya hidup, teori neh kadang-kadang dipshit yang amat. Ada masalah yang bukan saja menghentikan gerak motivasi kita, malah membantutkan pertumbuhan rohani. Macamana boleh mendewasakan kalau begitu?
This happens, all the time :)

Dari FB, dari blog, saya selalu dengar keluhan kawan-kawan akan betapa sukarnya hidup kita. Bebanan tugas mahupun pelajaran, konflik rumahtangga dan kewangan; banyaklah. Mau menangis, nanti nampak ndak profesional pulak. Mau pendam, memang ndak boleh, sakit kot. Mau luah, belum cukup rasanya.

In the light of this, kenapa kita ndak pernah tanya diri-sendiri: apakah keluhan menyelesaikan masalah dengan begitu? Adakah dengan meratapi kesakitan yang kita alami dalam hidup neh, dengan terus-terusan berkata, "Hidup ini memenatkan", semuanya akan habis? Cuba fikir.

Merasa penat dengan dunia ada bha jugak kebaikannya, contohnya, kita jadi lebih qana'ah/zuhud dan selalu rindukan Tuhan. But sometimes, this sentiment has always being used as an excuse to justify irresponsibility, stagnancy, giving up and even suicide. Ia boleh buat kita ndak bersyukur, sentiasa berserah pada takdir (sedangkan takdir itu, kita sudah diberi kuasa untuk merubahnya) dan pasif. 

Saya ndakmaulah bersikap munafik, saya akui: saya selalu jugak mengalah. Pernah mengeluh. But instead of whining, why don't we pray and toil harder? This is just a remembrance, though. And listen to this song;


Comments

Popular Posts